Assalamu'alaikum semuanyaa
Jujur nih akhir-akhir ini aku bener-bener merasa sangat tidak-tidak produktif karena sudah lama nggak update blog, nggak rajin upload youtube, dan juga nggak terlalu sering update instagram. Sedih sih rasanya sebenarnya.
Tapi sebenarnya bak "blessing in disguise". Belakangan ini aku jarang upload konten sebenarnya karna ada beberapa kesibukan yang memang cukup padat. Selain karna membimbing 2 anak sekolah daring, Salah satunya adalah saat ini aku sedang berpartisipasi sebagai salah satu fasilitator dalam program Kemenkominfo yang bekerja sama dengan Siberkreasi dalam meningkatkan digital literasi pada masyarakat Indonesia.
"Gimana perasaannya?"
Jujur seneng banget dong yaah karna berkesempatan bekerjasama dengan Kementrian Kominfo dan bertemu satu frame dengan banyak orang hebat, cerdas dan pintar-pintar. Sedangkan aku, siapalah akuu??? Tiap mau tampil aja aku masih mau mules.
But finally i learned!! Karna dalam seminggu aku bisa mengisi 3-4 sesi sharing sebagai KOL dan sekarang sudah berjalan bulan ke-empat, maka akhirnya akupun belajar dan terus mengevaluasi diri terutama pada kemampuan public speaking. Tapi, sebelum aku cerita tentang pengalamanku sebagai KOL pada event Digital Literasi, aku mau jelaskan sedikit mengenai program apakah ini dan apa sih yang dimaksud dengan Digital Literasi.
Apa itu Digital Literasi?
Digital Literasi sendiri merupakan suatu pengetahuan dalam penggunaan dunia dunia digital, seperti Internet, Media Sosial, Aplikasi Mobile, Media Elektronik yang dibangun berdasarkan 4 Pilar, yang meliputi kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital. Sehingga kita dapat benar-benar mempergunakan dan memanfaatkan perkembangan dunia digital ini dengan lebih positif, kreatif, dan produktif.
Bapak Presiden Jokowi menyatakan dalam pidato pembukaan webinar event Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) menyatakan bahwa, adanya pandemi ternyata mendorong perkembangan dunia digital menjadi lebih pesat, maka dari itu perlu juga diimbangi dengan kecakapan dari penggunanya supaya adanya perkembangan dunia digital ini bisa lebih membuka peluang yang dapat bernilai ekonomis.
Walaupun memang tidak dapat dipungkiri kalau dunia digital ini juga memiliki banyak dampak negatif, Bapak Johnny G. Plate, Selaku menteri Kominfo juga menyatakan bahwa dunia digital bagaikan pisau bermata dua yang memiliki sisi positif dan sisi negatif. Sehingga ini jadi tugas kita bersama untuk lebih mamksimalkan dampak positifnya dan tekan terus dampak negatifnya agar dunia digital justru bisa menjadi sarana manyarakat untuk belajar dan berkembang serta menghasilkan hal-hal yang baik dan positif.
Seperti yang aku bilang tadi, bahwa Digital Literasi ini sendiri dibangun oleh 4 pilar yaitu:
Kecakapan Digital (Digital Skill)
Dalam pilar kecakapan digital ini banyak sekali dibahas mengenai cara memanfaatkan dunia digital untuk berbisnis, menghasilkan suatu karya, menaikkan personal branding dan banyak hal lainnya yang terkait memanfaatkan peluang di dunia digital agar dapat bernilai ekonomis bahkan membuka peluang untuk meningkatkan penghasilan dengan bantuan dunia digital.
Etika Digital (Digital Ethics)
Pilar berikutnya adalah pilar etika digital, dimana dalam pilar ini kita diajarkan untuk tetap santun dalam bermedia sosial, bagaimana caranya agar tidak mudah tertipu dengan berita hoaks, bahkan agar masyarakat juga tidak mudah terpancing untuk menyebarkan hoaks.
Budaya Digital (Digital Culture)
Dalam pilar budaya digital biasanya lebih dijelaskan bagaimana penggunaan tata bahasa yang semestinya di media sosial. Kemudian dibahas juga bagaimana peralihan budaya yang ada di dunia nyata yang kenyataanya saat ini sangat berbeda dengan budaya yang ada didunia digital. Di Pilar ini, kita diajarkan kembali untuk tetap menjunjung tinggi budaya-budaya ketimuran, kemudian kembali lagi kepada nilai-nilai Pancasila agar tetap menjadi masyarakat yang sopan dan berbudaya di dunia digital dan media sosial.
Keamanan Digital (Digital Safety)
Pilar terakhir adalah pilar keamanan digital yang bagi aku pribadi sangat penting. Karna banyak sekali orang yang belum aware dengan menjaga keamanan terutama terkait dengan data-data pribadi yang kemudian bisa saja disalah gunakan hingga diperjual-belikan di dunia maya. (ngeriii kaan). Di Pilar ini tidak hanya membahas tentang keamanan data pribadi, tapi juga seringkali membahas mengenai penggunaan gadget pada anak-anak, sexual harassment di dunia digital, dan hal-hal lainnya yang terkait dengan keamanan di dunia digital.
Dari pembahasan ke-empat pilar digital literasi tersebut, diharapkan masyarakat #makincakapdigital dalam menggunakan dan memanfaatkan perkembangan dunia digital yang semakin pesat juga.
Apa itu KOL?
Nah dalam event ini, aku pribadi didapuk sebagai seorang KOL atau Key Opinion Leader.
"Apaan tuuuhh?"
Naahh, awalnya akupun juga bingung yaah. Sebenarnya sering siihh dengar istilah itu, dan beberapa kali juga ketika bekerja sama dengan Brand pasti title-nya adalah KOL. Tapi belum pernah benar-benar paham, apa sebenarnya tugas KOL dan pesan apa yang seharusnya disampaikan oleh seorang KOL dalam event webinar ini.
Sebenarnya dari pihak EO dan penyelenggara sudah memberikan guidelines atau panduan topik pembahasan, tapi tetap saja di Event sekelas Nasional seperti ini aku nggak bisa asal jeplak tanpa mengerti sepenuhnya tugas-tugasku. Akhirnya setelah mencari pencerahan, aku mendapatkan informasi bahwa KOL merupakan seseorang yang dianggap ahli dalam suatu bidang atau industri sehingga pendapatnya atau pengalamannya sangat didengar dan berpengaruh dalam industri terkait.
Artinya, kalau dalam literasi digital ini, dapukan KOL ini menandakan bahwa aku merupakan orang yang sudah ahli menerapkan 4 pilar digital literasi tersebut, dan kemudian membagikannya kepada peserta-peserta webinar untuk semakin memperkuat dan memperjelas penerapan ke-4 pilar tersebut dalam penerapannya sehari-hari. begitulah kurang lebih yaah pemirsa.
Pengalaman Sebagai KOL?
Hal-hal yang paling menyenangkan dan aku ingat adalah ketika mengisi webinar special event dengan partisipan yang jumlahnya hingga ribuan. seperti dengan Kemenag di kota Depok yang pesertanya hingga 2.800++. lalu di Kota Bekasi hingga 36.000++ dan 4.800++ bersama Siswa SMP dan SMA kemudian di Sumedang hingga 1.600++ dan sisanya normal event yang jumlah pesertanya bervariasi mulai dari hanya 30 orang peserta sampai 700++ peserta.
Bayangin ketemu segitu banyak orang. didengar secara Live segitu banyak orang kan sebuah pengalaman luar biasa yaaah. Bener-bener Priceless. apalagi seringkali setelah acara ada banyak yang tag dan mention di IG bilang makasih dan kasih testimoni. Rasanya benar-benar senang.
Tapi buat kalian yang nanya, kalau jadi fasilitator kaya gitu ada fee-nya nggak sih?
Alhamdulillah ada dong yaah. tapi bagiku bisa bermanfaat untuk orang banyak itu jadi poin yang lebih penting.
Yaah kurang lebih begitu deeh yaah. Semoga cerita pengalaman ini bisa bermanfaat buat yang baca, dapat diambil hikmah dan informasi pentingnya. thank you guys
regards,
0 Comments